Minggu, 04 Januari 2015

Cahaya Pengiring

Cahaya Pengiring

Aku masih ingat perbincangan terakhir kita. Ketika kau bercerita tentang tempat-tempat yang indah. Sungai yang berkelok dengan ikan besarnya. Hutan yang lebat dengan kera besarnya. Laut yang jernih dengan cermin airnya, atau malam yang terang dengan pendaran bintangnya dimana kau mengatakan bahwa cahaya yang menuntun jalanmu untuk pulang. Sebenarnya aku tidak peduli dengan itu semua. Aku hanya menyukai caramu bercerita. Cerita yang selalu kau mulai pada kopi keduamu, karena kopi pertamamu selalu kau habiskan bersama dengan kesunyian malam atau gerimis rintik hujan dimana kau seolah berlari sendiri dalam duniamu. Ceritamu selalu dimulai dengan nyala tembakau dan hirup air kopimu. Seirama dengan desau angin atau rintik hujan yang mengiring. Aroma rambutmu yang membawa bebauan setiap cerita. Keceriaan wajahmu saat mengarungi waktu atau kemurunganmu saat melepas waktu. Kebajikan dan kebiksanaan hidup yang beraneka ragam. Setidaknya itulah yang terekam pada malam terakhir kita bertemu. Sebelum keesokannya kau melanjutkan petualanganmu dan pesawat yang kau tumpangi tak pernah sampai. Sampai jumpa kawan, selamat jalan. Terbanglah bebas bersama angin, menyelam dalam bersama arus di lautan, bumi inilah rumahmu dan kau telah sampai padanya. Seperti yang pernah kau katakan, cahaya lah yang kan menuntunmu pulang. Sidoarjo, 2015 Deep condolences for QZ #8501

Sabtu, 12 April 2014

Luna's O(pi)nion #4 : Pulau Sempu, Antara Konservasi dan Pariwisata

Pulau Sempu, destinasi wisata di selatan Jawa Timur yang masih mengalami perdebatan antara aktivis lingkungan dan pengelolahannya sebagai pariwisata Jawa Timur, khususnya malang. Jika dirunut sesuai statusnya, Pulau Sempu termasuk dalam Cagar Alam. Hal ini merujuk dari  Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 417/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.

Sempu Island, travel destination on a southern east java that still debate between environment's activist and the people who live in there that hang their life from this island as a travel destinatin in East Java, especially in Malang. If we looking up from the island's status, its have a Nature Reserve's status. That status is scope from Indonesian Forest and Plantation Ministry's Decision "Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 417/Kpts-II/1999, 15 Juni 1999.

Menurut Wikipedia, Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa , dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Hal ini tentu saja menyebabkan Cagar Alam hanya terbuka untuk penelitian.

On a Wikipedia, Nature Reserve is a protected area of importance for wildlife, flora, fauna or features of geological or other special interest, which is reserved and managed for conservation and to provide special opportunities for study or research. So, this Nature Reseve just opened for a research.

Kembali ke Pulau Sempu, magnet utama dari Pulau Sempu adalah laguna yang berada di dalam pulau. Laguna ini oleh masyarakat setempat disebut segara anak. Segara anak memang indah bukan main, membuat kita yang berada di sekitarnya serasa tidak ingin beranjak dari tempat ini. Seiring dengan masuknya Sempu dan lagunanya di media sosial, jumlah pengunjung yang datang pun semakin meningkat. 

Back to Sempu Island, the main magnet from this destination is a lagoon in the core of an island. The people in there call it "Segara Anak". This laoon is very beautiful, made us want to stay here and won't to go. But, in hands the beautiful island become famous and entering social media, the visitors who came automatically increases.

Jika kita berkunjung pada penghujung minggu bisa dipastikan jumlah wisatawan yang datang  sangatlah membeludak.  Bahkan jalur untuk menuju destinasi ini sudah terekam oleh Google Map. Hal ini dikarenakan para pengunjung yang datang tidak hanya dari wisatawan domestik, namun juga mancanegara. Jumlah kunjungan wisatawan yang  tinggi ini, tentu saja juga mulai merubah mata  peencaharian sebagian penduduknya. Para penduduk setempat yang sebelumnya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, kini mulai beralih ke sektor pariwisata. Mata pencaharian di sektor pariwisata menawarkan berbagai jenis, antara lain pengelolahan parkir, penyebrangan pengunjung, local guide, penjual makanan, persewaan perahu, agen wisata dan lain-lain.

If we came to this island on weekend, you'll found many people and tourist in this place. Now, the access to this place is recorded on Google Map, so you can find this place easily. The people who came to this island not just from a domestic, but from abroad too. The high visiting to this island makes people who live in there begin to live from tourism. Before they live from tourism, the biggest live from fishing. The tourism opportunity offering many jobs, such as parking, ferry ship, locals guide, cullinaire, boat rent, travel agent, etc.

Sayang, peningkatan kunjungan ini tidak bersambut baik sepenuhnya dari pemerintah dan penetapan statusnya. Sesuai dengan statusnya yang masih Cagar Alam, tentu saja ada pihak-pihak konservatif yang mengecam kunjungan ke destinasi wisata ini. Di lain pihak, pariwisata setempat memasukkan pulau alami ini ke dalam daftar wisata yang memiliki magnet tersendiri. Benturan sosial dan kepentingan pun tak dapat dihindarkan. Penduduk yang sudah beralih ke sektor pariwisata, pihak-pihak yang menuntut status konservasinya dan pengunjung yang semakin penasaran untuk mendatanginya. Pro dan kontra memang sudah biasa seperti halnya dua sisi pada mata koin. Namun tentu saja perlu ada jalan tengah yang menjembataninya. Keras kepala terhadap masing-masing prinsip dan kepentingan tentu saja sudah terbukti bukan jalan keluar yang terbaik. Jika ini dilangsungkan, konflik tidak akan pernah usai, area konservasi akan terus terancam, devisa pariwisata pun kehilangan peluang. Padahal pengelolahan pariwisata yang baik dan benar serta dilakukan profesional dapat berjalan selaras dengan kegiatan konservasi itu sendiri.

But, the increase of the tourism didn't have support from the government to its status. The status as nature Reserve made a visitors get sniping from the environment activist.

Di Indonesia sendiri, beberapa tempat sudah mengaplikasikan kegiatan pariwisata konservatif ini. Di Pasir Putih Situbondo, kondisi koral dan keragaman hayati bawah lautnya sudah berbeda jauh dengan enam tahun yang lalu. Kondisi saat ini jauh lebih baik dan menjadi satu-satunya tempat wisata di timur Jawa yang memiliki Dive Resort. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya laporan dari para penyelam mengenai munculnya spesies-spesies langka yang sebelumnya tidak dijumpai disana. Hal ini tentunya tidak lepas dari pembatasan penangkapan ikan di area tersebut. Nelayan tidak diperbolehkan mencari ikan di area pariwisata Pasir Putih, karena penangkapan ikan dengan jala, jangkar yang ditenggelamkan dapat merusak karang yang menjadi rumah bagi satwa laut.

Di Bali, saya menjumpai seorang Dive Guide dan Boatman mengambil puntung rokok yang ia temukan mengambang di laut. Hal ini tentu saja karena kesadaran mereka yang menjadikan laut sebagai sumber kehidupan. Jika laut kotor, lingkungan laut akan rusak. Jika lingkungan laut rusak, maka biota dalam laut pun akan ikut hilang. Jadi untuk dapat tetap menjadikan laut sebagai sumber kehidupan, mereka harus menjaga laut tersebut. Suatu tindakan yang konservatif bukan.

Di Alor dan Raja Ampat, kearifan lokal memiliki peran konservatif yang menjaga area tersebut. Pantai Indrayanti dari Yogyakarta  juga telah memberikan contoh bahwa pariwisata dapat menunjang konservasi alam. Dahulu ketika pantai itu yang sebelumnya bernama Pantai Pulang Syawal dalam kondisi kotor, tidak ada yang berkunjung, penduduk pun akan diam karena memang tidak ada nilai ekonomis yang bisa diambil dari sebuah pantai yang kotor. Namun keadaan tersebut berubah saat telah dilakukan pembersihan di area pantai. Pantai yang bersih mendatangkan banyak pengunjung. Bahkan karena ramainya banyak pengunjung yang mencari pantai lain yang relatif sepi. Meskipun ramai, pantai ini tetap bersih, karena jika anda kedapatan membuang sampah sembarangan, anda akan dikenakan denda sepuluh ribu rupiah. Sebuah langkah yang konservatif bukan.

Kembali lagi ke Pulau Sempu, konservasi dan pariwisata di pulau ini tidak akan ada yang berjalan dengan baik selama tidak ada jalan tengah. Pihak konservasi yang bertahan dengan prinsipnya, warga masyarakat yang terlanjur menggantungkan hidupnya pada pariwisata dan pengunjung penasaran yang dibuai media sosial mesti punya penyelesaian yang menyalurkan semua.

Untuk menyelesaikan masalah ini saya membayangkan jika pariwisata dan konservasi digabungkan. Jalur trekking antara Teluk Semut dan Segara Anakan dibuat hanya satu jalur resmi, area diluar jalur trekking adalah area konservasi, bagi yang melanggar diberikan sanksi denda yang tegas. Sepanjang jalur trekking, tiap 200 meter diberikan tempat sampah yang tidak dapat diakses oleh satwa. Tiap harinya ada petugas kebersihan yang mengambil sampah tersebut untuk  dibawa keluar area pulau. Bagi pengunjung yang membuang sampah sembarangan dapat dikenakan sanksi denda. Aturan kebersihan ini diterapkan mulai loket Sendang Biru sampai Segara Anak.

Pengelolahan yang baik membutuhkan biaya yang baik pula. Biaya ini dapat ditarik dari peningkatan tiket masuk. Dengan kondisi alam yang bersih, baik dan terawat, pengunjung tentu tidak akan berat menambah bea masuk tempat wisata. Kalau perlu, pada loket wisata, sudah ada pilihan paket yang ditawarkan (Sendang Biru, Waru-Waru dan Segara Anak). Persewaan outdoor gear juga dapat diusahakan di area Pantai Sendang Biru. Selain itu, persewaan Gazebo, kursi berjemur dan alat snorkeling seperti halnya di Pantai Indrayanti juga dapat menambah pendapatan bukan.

Tentunya hal ini perlu ada edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar yang lebih baik untuk dapat menjaga kawasan ini.

Saya menulis ini bukan untuk memojokkan pihak tertentu atau menyinggung instansi terkait. Semua ini murni karena kecintaan saya kepada kawasan ini. Saya senang dan sering melakukan snorkeling, freediving dan sekali untuk SCUBA Diving di Waru-Waru dan Teluk Raas. Saat ini kondisi koralnya memang rusak, di daerah Waru-Waru malah banyak sampah. Namun dengan kondisi seperti itu, biodiversitas bawah airnya sangat tinggi. Masih banyak spesies-spesies langka yang terkadang dijumpai. Saya hanya berharap kondisi ini tidak bertambah buruk. Saat ini saya meyakini bahwa untuk menyelamatkan area konservasi adalah dengan pariwisata konservatif.

Salam Konservasi

Malang, 2014

Jumat, 28 Maret 2014

Kau

Adakalanya kau berdiri di sudut taman itu, dibalik bangku taman. Memandang barisan itik yang berjajar pada tepian sungai sambil berharap mereka kan peduli padamu.

Adakalanya pula kau mengintip malam dari peraduanmu, dibalik selimut usangmu. Menatap bulan yang timbul tenggelam mengharap ia akan menyapamu.

Kini, saat senja menggoreskan dua warna di awan mega. Aku selalu terpaku pada jalur yang sama. Mencari bayangan pada ujung jalan, berharap itu bayangmu.

Sidoarjo, 2014

Menunggu yang tak kunjung datang

Senin, 09 Desember 2013

Milestone

Hi there, thank you so much
You give me live
You give me life
You bless me day by day
You love me most
You gave me all the things i need
You gave me anything i want the most
You gave me a direction to still on your path

I miss to talk with you
Like all the things i've never forget
Strenght you gave to me
Things i never wonder that came from
But i know its you
Its you with my voice

You knew I never doubt with you
I trust you
Even sometimes its hurts
But I know that you give me the best for my life

25th is a special gift for me
Thanks for all the things you bring to me
Thanks God
Thanks.... for being my God

Gracias

Best regards,
Yours

Sidoarjo, 2013

And I know you read this for me

Published with Blogger-droid v2.0.10

Rabu, 13 November 2013

Trilogi Gunung, Laut, Citysight #2

Saat kita berlibur ke pantai, kita sangat senang akan keindahan permukaannya. Merasakan butiran pasir halus yang menyentuh kulit, memandang ombak yang dating bergulung-gulung atau mendengar deburan ombak yang menghantam karang atau menghapus jejak.  Namun, seberapa banyakkah kita mengetahui dibawah permukaan laut itu sendiri.


Seperti halnya gunung, laut memiliki daya tariknya tersendiri. Laut adalah tempat yang penuh dengan misteri. Mungkin anda dapat melihat permukaan bumi dengan pencitraan satelit, namun saya rasa pencitraan satelit tidak dapat menembus misteri yang ada di dalam laut. Bahkan jarak pandang atau visibility di dalam air sangat terbatas. Jarak pandang 40 meter adalah jarak pandang yang sangat bagus dan sudah pasti kondisi air di tempat tersebut sangat bersih dan jernih. Dengan visibility yang terbatas itu pula yang membuat laut adalah tempat paling misterius di dunia.


Bagi umat manusia dasar laut dan isinya masih merupakan misteri. Bahkan, manusia sendiri lebih mengenal dan memetakan permukaan Mars jauh lebih detail dan lebih lengkap dibandingkan pemetaan dasar laut itu sendiri. Sampai saat ini pun kita baru saja mengidentifikasikan spesies laut  kurang dari 10%, sisanya masih menjadi misteri. Padahal dengan komposisi daratan dan lautan yang berbanding 30:70 tentu saja masih banyak potensi dan keragaman yang masih tidak kita ketahui.


Lubang yang dalam di lautan disebut palung. Palung paling dalam di lautan adalah “Palung Mariana”. Palung ini terdapat sebelah timur Filipina, sebelah selatan Jepang dan sebelah utara Papua jika ditarik satu garis lurus. Saat pengukuran terakhir di tahun 2012 oleh Deep Challenger memiliki kedalaman 10.911 meter dibawah permukaan laut dengan tekanan 1.086 bar, dan hebatnya masih ditemukan makhluk hidup seperti udang dan ikan disini. Gunung tertinggi di dunia adalah Mount Everest dengan ketinggian 8.488 mdpl.


Banyak cara yang dilakukan manusia untuk menjelajahi bawah laut. Cara paling mudah dan paling ditemui di Indonesia untuk pengenalan wisata bahari bawah laut adalah “Bottom Glassing”. Jika anda berada di Jawa Timur, rekreasi jenis ini sudah ada lama di Pantai Pasir Putih Situbondo. Dimana kita menaiki perahu lalu memandang bawah laut melalui kotak kaca sehingga kita bias melihat dan mengamati  keindahan panorama bawah laut yang memukau. Keindahan koral yang beraneka bentuk dan warna, ikan-ikan koral berwarna-warni yang bergerombol dan berenang kesana-kemari serta mengamati binang laut yang menggoda untuk disentuh dan dibawa pulang.


Cara kedua adalah dengan melakukan “snorkeling”. Cara yang satu ini saat ini sedang booming dan memiliki banyak penggemar. Snorkeling membuat kita lebih dekat dengan alam bawah laut karena kita dapat berenang bersama ikan-ikan koral sembari menikmati indahnya paduan pasir dank oral serta makhluk yang menghuni didalamnya. Untuk snorkeling, ada baiknya snorkeler mendapatkan pelatihan tentang makhluk-makhluk laut, karena banyak diantaranya yang berpotensi bahaya seperti memiliki sengat baik yang hanya mengakibatkan nyeri ataupun racun yang berakibat fatal. Bahkan bisa ular laut 4o kali lebih mematikan dibandingkan bisa ular kobra. Belum lagi gigitan dari belut Morray yang dapat memutuskan jari. Namun seperti halnya makhluk Tuhan yang lain, selama kita tidak menggangu dan hanya berenang bersama, mereka juga tidak akan menyerang tanpa alasan. Pada perkembangannya, snorkeling ini berkembang menjadi Free Diving / Skin Diving dimana subyek-subyek yang melakukan olahraga ini melakukan penyelaman dengan satu tarikan nafas dan menahan nafas saat berada di dalam air. Perkembangan berikutnya menjadi Spearfishing dimana mereka yang menyelam tanpa bantuan alat pernafasan ini dilengkapi dengan senapan panah atau tombak untuk menangkap ikan di dalam air.


Cara ketiga adalah dengan menggunakan SCUBA Diving. SCUBA adalah akronim dari Self Contained Underwater Breathing Apparatus. Cara ini digunakan bagi mereka yang ingin mengenal laut lebih dalam dimana kita memerlukan bantuan pernafasan saat berada di dalam air. Olahraga ini mulai ramai digemari di Indonesia. Namun , untuk memulai olahraga ini biaya yang dipersiapkan lebih mahal dibandingkan dua olahraga yang sebelumnya, karena untuk dapat melakukan aktivitas ini dituntut untuk melakukan pelatihan dan mendapatkan license atau SIM (Surat Ijin Menyelam). Hal ini dikarenakan resiko yang tinggi saat melakukan olahraga SCUBA Diving ini. Selai dituntut untuk memiliki pengethuan makhluk-makhluk laut, para pelaku juga dituntut untuk tahu hukum-hukum fisika yang berlaku serta pengetahuan teknis dan komunikasi saat berada di bawah permukaan laut. Beberapa instansi penyedia lisensi ini antara lain: PADI, SSI, CMAS, ADS,dll. Namun jika anda sudah merasakan sensasi saat menyelam, anda akan dibuat terpukau olehnya, karena banyak spesies-spesies bawah air yang unik, aneh dan baru saat kita menyelaminya. Jenis-jenis ikan yang beraneka ragam, mulai dari yang cantik dan menggemaskan sampai yang membuat kita bergidik karena bentuknya yang aneh akan kita temui di bawah air ini. Beberapa spesies tidak jarang dapat  menyebabkan kematian, seperti ikan batu (Stone Fish), Blue Ring Octopus,Sting Ray (ikan pari) dll. Oleh karena itu Bahkan seringkali para penyelam dikejutkan oleh fenomena-fenomena alam yang tidak dapat kita rasakan diatas daratan, seperti thermoclaim, down current, up current, strong current dan masih banyak lagi yang akan membuat kita berpacu dengan adrenalin.


Bagi saya laut merupakan tempat semua  sungai berpulang. Tempat dalam yang hanya mereka yang mau menyelami lautan itu sendiri untuk mengetahui isinya. Seperti halnya diri sendiri. Kita begitu mudahnya menilai seseorang, bahkan terkadang hanya dari penampilannya. Namun ketika kita bertanya tentang siapakah diri kita, apakah kita dapat mendeskripsikan tentang diri kita dalam satu halaman kertas A4 dengan font Times New Roman ukuran 12 spasi single. Saya rasa tidak semua orang dapat mendeskripsikannya. Berapa banyak orang yang telah menyadari dan menemukan bakatnya, banyak yang belum menemukannya bahkan ketika ia telah tiada.


Kita mengenal sirkulasi air laut diuapkan dan menjadi awan, dimana suatu saat ia akan diturunkan dalam bentuk hujan dan kembali ke laut. Dalam perjalanannya kembali ke laut, sebagian besar air akan mengikuti derasnya air melalui sungai-sungai besar dan kembali ke laut. Namun tidak semua melalui proses singkat ini, sebagian air akan merembes ke dalam tanah untuk menjadi cadangan air, dihisap oleh tumbuhan, memasuki buah-buahan dan sayuran, dimakan oleh manusia dan hewan, menjadi kotoran dan kembali ke tanah, menjadi cadangan air kembali, ditimba dan diaduk bersama kopi, menguap bersama uap kopi, menjadi embun di dedauan, jatuh membanjiri air sawah, menghidupi ikan dan katak, mengalir ke sungai kecil di pematang untuk bergabung dengan sungai yang lebih besar, mengalir bersama limbah pabrik hingga kembali ke laut membawa lumpur. Seperti halnya kita, air juga mempunyai cerita, tinggal kita mau mendengarnya atau tidak. Seseorang pernah berkata, anda tidak akan menyadari apa yang anda rindukan sampai anda berjumpa dengannya kembali. Jika anda dibolehkan untuk memilih, anda akan menjadi air yang mana. Apapun pilihan anda saya yakin anda adalah manusia yang lapar akan rasa ingin tahu. Jika tidak, tentu anda akan memilih tidur dan tidak menyimak tulisan ini.


Siapapun anda pasti punya cerita tersendiri bagaimana anda menemukan tulisan ini, bagaimana anda saat ini dapat membaca blog ini melalui monitor atau LCD anda sembari memutar scroll mouse anda. Kalau boleh saya sarankan, anda dapat mendengarkan lagu “King of Convenience -  Cayman Island” sembari sedikit flashback menyusun kepingan perjalanan anda. Hal ini akan membuat anda bercerita tentang perjalanan anda kepada diri anda sendiri. Selamat bercerita.

Sidoarjo, 2013

“If only they could see, if only they had been here…..”- Cayman Island


Published with Blogger-droid v2.0.10

Minggu, 08 September 2013

Trilogi Gunung, Laut, Citisight #1



Gunung


Tiap tempat tentu punya pesonanya sendiri. Entah itu Gunung, Laut, Pantai ataupun jalan-jalan di Perkotaan. Mereka menawarkan feelnya tersendiri.


Gunung memiliki alamnya yang memukau, pemandangan yang indah, hijaunya yang menyegarkan mata, menantang adrenalin saat kita berjalan mendaki dan melewati tanjakan curam, serta segala keunikan dan kecantikannya.


Bagi saya Gunung itu kokoh tak tertandingi, besar namun masih mungkin digapai, angkuh namun mengayomi. Ia adalah perwujudan mimpi dan cita-cita yang harus digapai dalam hidup.


Dalam melakukan pendakian, kita tidak akan menemukan shortcut atau jalan pintas, kita hanya menempuh jalur yang berbeda saat melaluinya. Saat mengalami kelelahan, boleh saja kita beristirahat, namun dalam batas wajar, hanya sampai lelah itu reda dan kita melanjutkan berjalan kembali. Beristirahat terlalu lama berpotensi untuk hipotermia. Di keadaan yang lain, jika kita terlalu menikmati keindahannya, kita akan kehilangan fokus pada tujuan awal kita yaitu Summit.


Pada kejadian kedua, seringkali kita menikmati "Comfort Zone" yang membuat fokus utama pudar dan berhenti pada tempat yang sama. Tentu saja karena kita merasa cukup nyaman akan tempat kita.


Dalam hal naik gunung, walaupun kita sudah menetapkan hati untuk Summit Attack, tidak serta merta kita dapat mewujudkannya. Beberapa pendaki akan melihat momentum yang tepat dengan melihat keadaan dan cuaca. Jika cuaca tidak memungkinkan, mereka akan menunggu momen yang tepat untuk melakukannya. Namun jika kondisi buruk itu memaksa untuk mundur, tak ada salahnya berada di tempat yang lebih rendah untuk dapat melompat lebih tinggi.


Begitu pula hidup, adakalanya kita menunggu momen yang tepat untuk melanjutkan perjalanan hidup. Membaca alam dapat dilakukan dengan mendengarkan suara hati. Dalam "Alchemist" Paulo Coelho, hal ini disebut bahasa buana. Saya lebih menyukai menyebutnya intuisi hati. Toh segala sesuatu yang dipaksakan tak akan berjalan dengan baik.


Saat mendaki gunung, melihat hamparan alam yang luas, menyipit saat menembus malam berkabut, berpegangan pada batang kayu saat menaiki atau menuruni tanjakan, memandang lautan awan, seringkali saya merasa kecil. Namun ketika membayangkan itu semua saat berada pada ketinggian membuat saya heran bagaimana saya melalui itu semua. Seperti saya yang hampir terpeleset saat melalui cekungan kecil di bawah sana. Review kecil-kecilan sebagai pelajaran.


Bagi saya, tiap perjalanan memiliki pelajaran yang bisa diambil untuk kehidupan yang lebih baik. Tidak hanya itu, intuisi pribadi kita akan lebih peka dalam membaca bahasa-bahasa alam.


Malang, 2013


Kopi hitam masih setengah sambil menunggu teman untuk bersua.


Published with Blogger-droid v2.0.4

Rabu, 04 September 2013

Malin

Ialah anakku,
Putera yang kuangkat tinggi-tinggi dengan tanganku,
Mengarungi rerumputan diatas pundakku..
Menunjuk zenit yang kelak akan memisahkannya dariku..
Menatap punggungnya yang berujung pada nadir yang meninggalkanku..


Ia kembali padaku,
Membawa putri dan kapalnya yang tak pernah ada dalam kepalaku,
Meski sering terasa rabun mataku,
Namun tidak kali ini yakinku,


Ialah darah dagingku
Yang sudah bermusim-musim meninggalkanku..
Boleh jadi liarnya adalah nafasku
Seperti liat ototnya yang sekeras didikanku
Jika saja keangkuhannya tak menggurat jantung hatiku
Barangkali ia masih kubelai dari rambut sampai dagu
Seperti saat ini,
Meski ia telah menjadi batu..


Ah Malin, maafkan Ibumu yang telah mengutukmu menjadi batu


Sidoarjo, 2013


Dan ombak masih membelai pasir dengan hangatnya


Published with Blogger-droid v2.0.4