Rabu, 04 September 2013

Malin

Ialah anakku,
Putera yang kuangkat tinggi-tinggi dengan tanganku,
Mengarungi rerumputan diatas pundakku..
Menunjuk zenit yang kelak akan memisahkannya dariku..
Menatap punggungnya yang berujung pada nadir yang meninggalkanku..


Ia kembali padaku,
Membawa putri dan kapalnya yang tak pernah ada dalam kepalaku,
Meski sering terasa rabun mataku,
Namun tidak kali ini yakinku,


Ialah darah dagingku
Yang sudah bermusim-musim meninggalkanku..
Boleh jadi liarnya adalah nafasku
Seperti liat ototnya yang sekeras didikanku
Jika saja keangkuhannya tak menggurat jantung hatiku
Barangkali ia masih kubelai dari rambut sampai dagu
Seperti saat ini,
Meski ia telah menjadi batu..


Ah Malin, maafkan Ibumu yang telah mengutukmu menjadi batu


Sidoarjo, 2013


Dan ombak masih membelai pasir dengan hangatnya


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar: