Rabu, 13 November 2013

Trilogi Gunung, Laut, Citysight #2

Saat kita berlibur ke pantai, kita sangat senang akan keindahan permukaannya. Merasakan butiran pasir halus yang menyentuh kulit, memandang ombak yang dating bergulung-gulung atau mendengar deburan ombak yang menghantam karang atau menghapus jejak.  Namun, seberapa banyakkah kita mengetahui dibawah permukaan laut itu sendiri.


Seperti halnya gunung, laut memiliki daya tariknya tersendiri. Laut adalah tempat yang penuh dengan misteri. Mungkin anda dapat melihat permukaan bumi dengan pencitraan satelit, namun saya rasa pencitraan satelit tidak dapat menembus misteri yang ada di dalam laut. Bahkan jarak pandang atau visibility di dalam air sangat terbatas. Jarak pandang 40 meter adalah jarak pandang yang sangat bagus dan sudah pasti kondisi air di tempat tersebut sangat bersih dan jernih. Dengan visibility yang terbatas itu pula yang membuat laut adalah tempat paling misterius di dunia.


Bagi umat manusia dasar laut dan isinya masih merupakan misteri. Bahkan, manusia sendiri lebih mengenal dan memetakan permukaan Mars jauh lebih detail dan lebih lengkap dibandingkan pemetaan dasar laut itu sendiri. Sampai saat ini pun kita baru saja mengidentifikasikan spesies laut  kurang dari 10%, sisanya masih menjadi misteri. Padahal dengan komposisi daratan dan lautan yang berbanding 30:70 tentu saja masih banyak potensi dan keragaman yang masih tidak kita ketahui.


Lubang yang dalam di lautan disebut palung. Palung paling dalam di lautan adalah “Palung Mariana”. Palung ini terdapat sebelah timur Filipina, sebelah selatan Jepang dan sebelah utara Papua jika ditarik satu garis lurus. Saat pengukuran terakhir di tahun 2012 oleh Deep Challenger memiliki kedalaman 10.911 meter dibawah permukaan laut dengan tekanan 1.086 bar, dan hebatnya masih ditemukan makhluk hidup seperti udang dan ikan disini. Gunung tertinggi di dunia adalah Mount Everest dengan ketinggian 8.488 mdpl.


Banyak cara yang dilakukan manusia untuk menjelajahi bawah laut. Cara paling mudah dan paling ditemui di Indonesia untuk pengenalan wisata bahari bawah laut adalah “Bottom Glassing”. Jika anda berada di Jawa Timur, rekreasi jenis ini sudah ada lama di Pantai Pasir Putih Situbondo. Dimana kita menaiki perahu lalu memandang bawah laut melalui kotak kaca sehingga kita bias melihat dan mengamati  keindahan panorama bawah laut yang memukau. Keindahan koral yang beraneka bentuk dan warna, ikan-ikan koral berwarna-warni yang bergerombol dan berenang kesana-kemari serta mengamati binang laut yang menggoda untuk disentuh dan dibawa pulang.


Cara kedua adalah dengan melakukan “snorkeling”. Cara yang satu ini saat ini sedang booming dan memiliki banyak penggemar. Snorkeling membuat kita lebih dekat dengan alam bawah laut karena kita dapat berenang bersama ikan-ikan koral sembari menikmati indahnya paduan pasir dank oral serta makhluk yang menghuni didalamnya. Untuk snorkeling, ada baiknya snorkeler mendapatkan pelatihan tentang makhluk-makhluk laut, karena banyak diantaranya yang berpotensi bahaya seperti memiliki sengat baik yang hanya mengakibatkan nyeri ataupun racun yang berakibat fatal. Bahkan bisa ular laut 4o kali lebih mematikan dibandingkan bisa ular kobra. Belum lagi gigitan dari belut Morray yang dapat memutuskan jari. Namun seperti halnya makhluk Tuhan yang lain, selama kita tidak menggangu dan hanya berenang bersama, mereka juga tidak akan menyerang tanpa alasan. Pada perkembangannya, snorkeling ini berkembang menjadi Free Diving / Skin Diving dimana subyek-subyek yang melakukan olahraga ini melakukan penyelaman dengan satu tarikan nafas dan menahan nafas saat berada di dalam air. Perkembangan berikutnya menjadi Spearfishing dimana mereka yang menyelam tanpa bantuan alat pernafasan ini dilengkapi dengan senapan panah atau tombak untuk menangkap ikan di dalam air.


Cara ketiga adalah dengan menggunakan SCUBA Diving. SCUBA adalah akronim dari Self Contained Underwater Breathing Apparatus. Cara ini digunakan bagi mereka yang ingin mengenal laut lebih dalam dimana kita memerlukan bantuan pernafasan saat berada di dalam air. Olahraga ini mulai ramai digemari di Indonesia. Namun , untuk memulai olahraga ini biaya yang dipersiapkan lebih mahal dibandingkan dua olahraga yang sebelumnya, karena untuk dapat melakukan aktivitas ini dituntut untuk melakukan pelatihan dan mendapatkan license atau SIM (Surat Ijin Menyelam). Hal ini dikarenakan resiko yang tinggi saat melakukan olahraga SCUBA Diving ini. Selai dituntut untuk memiliki pengethuan makhluk-makhluk laut, para pelaku juga dituntut untuk tahu hukum-hukum fisika yang berlaku serta pengetahuan teknis dan komunikasi saat berada di bawah permukaan laut. Beberapa instansi penyedia lisensi ini antara lain: PADI, SSI, CMAS, ADS,dll. Namun jika anda sudah merasakan sensasi saat menyelam, anda akan dibuat terpukau olehnya, karena banyak spesies-spesies bawah air yang unik, aneh dan baru saat kita menyelaminya. Jenis-jenis ikan yang beraneka ragam, mulai dari yang cantik dan menggemaskan sampai yang membuat kita bergidik karena bentuknya yang aneh akan kita temui di bawah air ini. Beberapa spesies tidak jarang dapat  menyebabkan kematian, seperti ikan batu (Stone Fish), Blue Ring Octopus,Sting Ray (ikan pari) dll. Oleh karena itu Bahkan seringkali para penyelam dikejutkan oleh fenomena-fenomena alam yang tidak dapat kita rasakan diatas daratan, seperti thermoclaim, down current, up current, strong current dan masih banyak lagi yang akan membuat kita berpacu dengan adrenalin.


Bagi saya laut merupakan tempat semua  sungai berpulang. Tempat dalam yang hanya mereka yang mau menyelami lautan itu sendiri untuk mengetahui isinya. Seperti halnya diri sendiri. Kita begitu mudahnya menilai seseorang, bahkan terkadang hanya dari penampilannya. Namun ketika kita bertanya tentang siapakah diri kita, apakah kita dapat mendeskripsikan tentang diri kita dalam satu halaman kertas A4 dengan font Times New Roman ukuran 12 spasi single. Saya rasa tidak semua orang dapat mendeskripsikannya. Berapa banyak orang yang telah menyadari dan menemukan bakatnya, banyak yang belum menemukannya bahkan ketika ia telah tiada.


Kita mengenal sirkulasi air laut diuapkan dan menjadi awan, dimana suatu saat ia akan diturunkan dalam bentuk hujan dan kembali ke laut. Dalam perjalanannya kembali ke laut, sebagian besar air akan mengikuti derasnya air melalui sungai-sungai besar dan kembali ke laut. Namun tidak semua melalui proses singkat ini, sebagian air akan merembes ke dalam tanah untuk menjadi cadangan air, dihisap oleh tumbuhan, memasuki buah-buahan dan sayuran, dimakan oleh manusia dan hewan, menjadi kotoran dan kembali ke tanah, menjadi cadangan air kembali, ditimba dan diaduk bersama kopi, menguap bersama uap kopi, menjadi embun di dedauan, jatuh membanjiri air sawah, menghidupi ikan dan katak, mengalir ke sungai kecil di pematang untuk bergabung dengan sungai yang lebih besar, mengalir bersama limbah pabrik hingga kembali ke laut membawa lumpur. Seperti halnya kita, air juga mempunyai cerita, tinggal kita mau mendengarnya atau tidak. Seseorang pernah berkata, anda tidak akan menyadari apa yang anda rindukan sampai anda berjumpa dengannya kembali. Jika anda dibolehkan untuk memilih, anda akan menjadi air yang mana. Apapun pilihan anda saya yakin anda adalah manusia yang lapar akan rasa ingin tahu. Jika tidak, tentu anda akan memilih tidur dan tidak menyimak tulisan ini.


Siapapun anda pasti punya cerita tersendiri bagaimana anda menemukan tulisan ini, bagaimana anda saat ini dapat membaca blog ini melalui monitor atau LCD anda sembari memutar scroll mouse anda. Kalau boleh saya sarankan, anda dapat mendengarkan lagu “King of Convenience -  Cayman Island” sembari sedikit flashback menyusun kepingan perjalanan anda. Hal ini akan membuat anda bercerita tentang perjalanan anda kepada diri anda sendiri. Selamat bercerita.

Sidoarjo, 2013

“If only they could see, if only they had been here…..”- Cayman Island


Published with Blogger-droid v2.0.10

Tidak ada komentar: