Malam tanggal 29 Desember 2012 aku berangkat ke Terminal Bungurasih, Surabaya. Benar saja, ternyata disana sudah ramai sekali. Diantara banyaknya line penumpang dengan berbagai jalur tujuan hanya beberapa saja yang terisi oleh bus yang siap mengantarkan penumpang. Aku berjalan menuju arah line Patas jurusan Jember. Ternyata sampai disana bus tidak ada di line. Sambil menunggu aku putuskan untuk berjalan ke arah line bus ekonomi. Ternyata hasilnya juga idem. Alhasil terlantarlah saya bersama ribuan penumpang lain di tempat itu. Saya berjalan ke deretan bus yang parkir di belakang line dan benar saja disana ada satu bus patas jurusan jember yang menunggu sambil menaikkan penumpang. Aku pun segera berlari menghampiri pintu depan. Namun sampai di depan pintu ada seorang petugas yang melarang naik karena bus sudah penuh. Benar saja, tidak lama kemudian bus meninggalkan tempatnya tanpa masuk ke line penumpang.
Sambil menunggu bus lain aku memandang ke sekeliling. Ternyata memang jumlah penumpang yang bernasib sama ada ribuan jumlahnya. Calon penumpang paling banyak adalah yang akan menuju Jogja-Solo. Setiap ada bus dengan tujuan kota tersebut berjalan ke arah line selalu diikuti oleh puluhan sampai ratusan orang yang beriringan di samping pintu sampai ke belakang bus tanpa memperdulikan keselamatan mereka. Mereka yang sudah naik pun sudah tidak memperhitungkan kenyamanannya juga karena yang penting mereka telah terangkut. Di dalam bus dapat dilihat orang-orang yang berdiri berdesakan mulai dari pintu depan sampai pintu belakang. Hal ini tentu saja melebihi kapasitas muatan bus tersebut.
Lama menunggu tak ada hasil, aku putuskan untuk berjalan-jalan di parkiran bus sambil menikmati udara dingin yang terhisap bersama asap rokokku. Di ujung parkiran aku melihat bus AC tarif ekonomi jurusan Jember yang sedang parkir dan sudah terisi separuh. Aku pun segera naik dan meletakkan barang-barangku di bawah tempat duduk. Akhirnya selesai sudah masalah menunggu dengan bus ini. Di bis ini aku menemukan satu keunikan tersendiri, karena kondektur yang menarik karcis ternyata adalah seorang wanita separuh baya. Rupanya Kartini telah menyentuh tempat ini.
Sudah kuduga, saat bus berjalan, bus tidak masuk ke line penumpang melainkan langsung menuju pintu keluar. Perjalanan ke Jember berlangsung lancar tanpa hambatan berarti.
Pukul 3, bus telah sampai di terminal Tawangalun Jember. Begitu turun dari bus aku langsung disambut beberapa tukang ojek yang menawarkan jasanya untuk mengantarkan ke alamat tujuan dan aku menolaknya karena aku akan dijemput oleh gadisku.
Kami berencana berangkat pukul 4 bersama 8 teman-teman lain menuju Ranu Pani di meeting point terminal ini. Di Tawangalun aku sudah punya warung langganan yang menyediakan makanan ringan dan minuman hangat yang aku sebut Warung Si Emak. Setelah memesan kopi dan mengambil jajanan aku menghubungi gadisku agar ia segera datang. Setelah ia datang, minuman aku tambah lagi dan kami berdua menunggu teman-teman yang lain.
Walau agak terlambat, kami semua berkumpul dan akan berangkat bersama ke Ranu Pani lewat jalur Senduro. Inilah untuk pertama kalinya aku akan melewati jalur ini karena biasanya aku selalu lewat jalur Ngadas, Tumpang.
Perjalanan kami lewati mulai Tawangalun - Rambipuji - Bangsalsari - Tanggul - Lumajang. Sampai pertigaan "Anggur Orang Tua" kami belok kiri ke arah pemandian Selokambang. Setelah sampai daerah Senduro kami mampir di Pasar Senduro untuk belanja melengkapi bekal dan bawaan yang kurang sambil mengambil peralatan kemah yang akan kita sewa.
Setelah semua perlengkapan siap kami menuju jalur Desa Burno yang merupakan desa terakhir sebelum memasuki hutan TNBTS ( Taman Nasional Bromo Tengger Semeru). Di Desa Burno sendiri udara sudah mulai terasa sejuk. Memasuki hutan, sepeda motor kami mulai melenggak-lenggok naik menyusuri jalan. Sampai pertengahan jalan, salah satu ban sepeda motor teman kami ternyata ada yang bocor, di tengah H U T A N... . . . . .
Jalanan sempit membuat kami parkir di pinggir jalan agar kendaraan lain dapat lewat tanpa terganggu. Akhirnya diputuskan bahwa salah seorang yaitu si "Laler" akan turun ke bawah untuk membonceng tukang tambal ban ke atas sini. Benar-benar ide yang CEMERLANG.
tik..tok..tikk...tokkkk......
Berlama-lama kemudian......
tik...tokk...tik....tokkkkk....
Setelah yang ditunggu tidak datang juga, akhirnya aku memutuskan untuk turun menjemputnya bersama salah satu teman. Setelah turun sejauh 3 km dengan jalanan Senduro yang hancur kami berpapasan dengan Laler yang berboncengan dengan seorang wanita yang ternyata tukang tambal bersama peralatannya dan anak laki-lakinya. Sekali lagi, Kartini telah menyapaku kembali.
Sampai diatas setelah peralatan diturunkan ternyata ada seorang laki-laki yang membantu memperbaiki ban sepeda teman kami. Selama ban diperbaiki kami mengobrol tentang jalan yang akan kami tempuh.
Tak berapa lama lewatlah sebuah truk pasir yang ternyata kenalan laki-laki tersebut. Saat itu kami putuskan bahwa seluruh peserta wanita beserta seluruh tas dan seorang teman laki-laki yaitu Kecrot akan ikut truk pasir.
Mereka berangkat terlebih dahulu.Setelah urusan ban bocor selesai, Laler mengantar kembali Kartini Tambal Ban ke rumahnya. Kami menunggu Laler sambil diguyur hujan khas hutan hujan tropis yang aliran air di jalanannya membawa kawanan lintah. Dua diantaranya berhasil menempel di kaki teman kami si "Tole" dan berhasil pula minum sampai gemuk tanpa diketahui. Setelah Laler datang, kami kembali melanjutkan perjalanan menyusuri hutan.
Jalanan sejauh 20km dengan kondisi rusak, banjir dan menanjak kami lahap dengan dua kali berhenti untuk mengistirahatkan mesin kendaraan. Saat beristirahat di jalan, kami mensyukuri kejadian ban bocor tadi. Karena jika tetap berboncengan, tentunya kendaraan kami tidak akan bisa berjalan naik menanjak dengan membawa 2 orang per sepeda ditambah barang bawaan yang berat seperti Carrier. Memang selalu ada hikmah dan kemudahan dibalik suatu musibah.
Kami sampai di Ranu Pani dan langsung berkumpul dengan teman-teman yang naik truk.
Tidak lama kami langsung mendaftarkan tim ke Pos Ranu Pani dan memarkir kendaraan. Karena sudah banyak waktu yang terbuang di bawah tadi, kami langsung saja mengunjungi Warung Rawon Pani yang terkenal diantara para pendaki untuk makan nasi yang tidak akan kami rasakan untuk 2 hari ke depan.
Setelah semua perut terisi, Aku, Erviana, Ichsan, Icha, Leped, Tunink, Kecrot, Laler, Tole dan Telik bersiap untuk berdoa memohon keselamatan bersama yang dipimpin Kecrot agar sampai di tujuan dengan selamat. Amien.
Setelah berdoa, kami pun berjalan menuju jalur pendakian Semeru. Kami menuju gapura pendakian diantarkan oleh hujan yang mulai turun.
Sampai di gapura jalur pendakian, aku membungkuk untuk mengambil tanah yang mulai basah layaknya pemain bola yang akan masuk ke lapangan. Aku berdoa sekali lagi untuk keselamatan kami.
Baru 100 meter kami berjalan, ada jalur pendakian yang membawa kami ke atas. Jalur pendakian sudah dipaving dengan baik.
Jalanan yang cukup menanjak, membuat para wanita mengajak beristirahat karena kelelahan. Kami terus berjalan, aku bersama dengan Erviana, Ichsan dan Icha. Leped bersama dengan Tole dan Telik . Tunink sudah di depan bersama pembawa carrier, Kecrot dan Laler. Seringnya istirahat membuat aku, Ervi, Ichan, Icha, Tole, Leped dan Telik menjadi rombongan terakhir yang sampai di Pos 1.
Setelah beristirahat kami melanjutkan perjalanan bersama-sama kembali. Selama perjalanan ke Pos 2 tim kembali pecah menjadi 2 bagian seperti awal.Saat kami sampai di Pos 2 para pembawa carrier sudah tidak terlihat karena mereka telah berjalan lebih dahulu. Sampai Pos 2 hari sudah petang. Hal ini tentu saja membuat kita memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan.Baru berjalan 200 meter, kami mulai menyalakan lampu senter. Bersama para pendaki lain yang jauh lebih berpengalaman dan berperalatan lengkap kami berjalan menyusuri gelap, membelah perdu, melompati balok-balok kayu yang melintang, menanjaki tanah basah, menggelincir di teturunan dan menyibak tiap sudut jalan dengan sorot lampu senter serta doa yang selalu terucap untuk terus membimbing kami sampai tujuan. Selama berjalan hawa dingin tidak terasa sama sekali di badan. Namun ketika kami beristirahat dan tubuh mulai rileks, udara dingin langsung menusuki kulit berusaha menembusi tulang.
Setelah bersusah payah dan beristirahat berulang-ulang, kami sampai di Pos 3 yang sudah rubuh. Ternyata para pembawa carrier sudah menunggu 3 jam disana. Tentu saja mereka kedinginan. Badan yang tidak bergerak tidak menimbulkan kalor. Hal ini membuat dinginnya malam segera mengeroyok mereka lebih ganas dari nyamuk-nyamuk yang kelaparan. Sambil menunggu kami beristirahat mereka menyiapkan kembali untuk perjalanan selanjutnya. Disini Icha sempat mengalami kelelahan. Namun setelah diberi support secara moral dan makanan kami kembali berjalan bersama kembali.
Jalanan setelah pos 3 adalah tanjakan yang licin. Disini Leped sampai harus merangkak untuk dapat melewatinya. Karena perjalanan berlangsung lambat, akhirnya aku, Ervi, Tole dan Leped tertinggal berjalan paling akhir. Kondisi Leped yang sudah sangat kelelahan membuat kami sangat sering berhenti. Namun itulah gunannya teman bukan. Walaupun ada yang kelelahan, tetapi kita tetap mensupport agar bisa bersama-sama sampai tujuan. Termasuk membawakan bawaannya agar dapat lebih tinggi bersama-sama, walaupun selangkah lebih tinggi bersama-sama.
Akhirnya medan tanjakan sudah mulai habis. Jalanan mulai datar, hanya ada rumput-rumputan yang tersibak di kiri dan kanan jalan. Jalanan sudah tinggal lurus datar pertanda kami mulai memasuki areal Ranu Kumbolo, tujuan kami. Tidak lama kami pun melihat lampu-lampu tenda di bawah Tanjakan Cinta yang jumlahnya ratusan beserta siluet Ranu Kumbolo yang mempesona.
Perjalanan 10 jam yang menguras tenaga menjadi lenyap. Tiba-tiba seperti ada tenaga lagi yang mengantar kami sampai Pos 4. Sampai Pos 4 yang terletak diatas danau aku berteriak memanggil nama teman-teman yang sudah sampai terlebih dahulu. Setelah mendapat teriakan jawaban beserta isyarat lampu senter aku dan Ervi langsung beringsut turun menggelincir di turunan berlumpur becek agar lebih cepat sampai.
Benar saja, Telik langsung menyambut kami dan Icha langsung menyodorkan makanan. Setelah memeriksa jam, ternyata kita baru sampai pukul 1 dini hari. Padahal kami berangkat dari Ranu Pani pukul setengah 3. Berarti kami telah berjalan 10,5 jam. Karena masih lapar, aku membuka tas dan mengambil mi instan untuk dimasak lagi. Setelah Tole sampai kami makan berdua di bawah langit malam, di samping Ranu Kumbolo. Karena kelelahan yang sangat, tidak lama kemudian kami bersepuluh langsung tidur didalam tenda berbalut sleeping bag masing-masing.
Keesokan harinya aku terbangun pukul setengah tujuh oleh suara Ervi dan Tole.
1 komentar:
In recent times, as nicely as recent months, 2013 bags long champs[url=http://www.soldesacslongchamp.info/category/longchamp-le-pliage]pliage longchamp[/url] vacation rules get changed. If you're planning on zooming, you may find that most of these changes get occurred ideal at air terminals, take a bag[url=http://www.sacslongchamp2012.info/sacs-le-pliage-longchamp-hobo-c-23.html]longchamp pliage hobo[/url] is nice.
If you're basically to brain off to be able to catch some sort of flight, whether an individual leave future or in 2 weeks, it will be advised which you famialrize yourself with baggage [url=http://www.sacslongchamp2012.info/pliage-longchamp-eiffel-tower-c-21.html]le pliage longchamp[/url] 2013.
hermes will last the female on the earth, especially for any japan females here [url=http://www.hermespairs.info]www.hermespairs.info[/url].
No problem what the real weight limit within your airline is actually, your continue on bag have to be light adequate to as a minimum lift in place into your own overhead compartment without being a basic safety issue regarding other guests. marc jacobs [url=http://bagsmarcbymarcjacobs.webnode.jp/ブログ/]マークジェイコブスバッグ[/url]. A number of airlines characteristic something identified as a sizer proverbial box at ones own very gateways. The reasons like these sizer gates should be to see for anyone who is permitted to place on a certain type in [url=http://saclongchampsoldes.monwebeden.fr]long champs[/url]}.
Posting Komentar