Hai Jun, sebenarnya banyak yang ingin aku bahas denganmu. Tentang tanaman-tanaman yang semakin meninggi dan tumbuh subur, masakan-masakan yang sudah tanpa sisa sekalipun hanya kerak yang menepel pada perigi, petualangan di tanah tak berpenghuni yang saat ini mulai tercemar dan karang-karangnya telah mati, buku-buku yang telah tersampul rapi dan menunggu untuk dibaca, tentang bermacam-macam kopi yang bervariasi mulai dari berasa kental, pahit, jagung dan kacang hijau, tentang tradisi sirkumisi yang sudah turun-temurun ditanah ini, tentang telaga di kaki Lawu yang airnya melimpah ruah, tentang dialektika bahan bakar dan perut yang masih ramai di negeri ini, tentang festival yang membahas bunga-bunga dan semesta raya, serta yang paling utama adalah hujan-mu yang dahulu hanyalah sebuah metafor dari seniman tua.
Kamis, 04 Juli 2013
Dear June..
Terima kasih atas segala kebaikan yang kau berikan pada bulan ini. Kau telah menepati janjimu agar tidak bertingkah buruk, seperti yang telah aku tuturkan padamu sebelumnya. Namun seperti halnya hidup, masih banyak jalan yang harus dilalui, jurang dan sungai yang harus diseberangi , serta laut yang harus diselami. Selama hayat masih dikandung badan, masih ada kaki untuk melangkah, tangan untuk menggapai, dua mata yang awas, telinga yang selalu peka, serta hati yang tak pernah padam, semua mimpi-mimpi yang menunggu untuk diwujudkan itu tak akan pernah kecewa atas penantiannya.
Karena hidup adalah suatu proses pembelajaran tanpa henti.
Sidoarjo, 2013
*Dan langit pun tetap memeluk dengan gaun malamnya.
Published with Blogger-droid v2.0.4
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar