Hujan masih turun dengan derasnya diluar sana. Sudah sejak setengah jam yang lalu. Hujan di bulan maret bukanlah suatu yang spesial. Ada huruf R pada nama bulan ini yang berarti "Rain". Begitulah katamu dahulu setelah menghisap dalam-dalam rokokmu dan menutupnya dengan menyeruput habis kopi pada lepek mungilmu.
Terjebak di warung kopi dengan hujan deras ini membuatku teringat tentangmu. Tentang caramu yang tenang dan dalam bercerita tentang Jatayu yang hendak menyelamatkan Shinta dari tangan Rahwana, tentang perjalanan Pati Unus yang hendak melawan Portugis dan mati karena terkena cetbangnya sendiri, tentang terbunuhnya AWS Mallaby di Surabaya, tentang sejarah yang kini berseliweran mengaduk-aduk kopiku.
"Kebenaran tidak datang dari langit, ia harus diperjuangkan," ujarmu ketika petugas datang dan menyapu taman baca kita.
Kaulah itu Senja, wanita dengan segala kepiawaian dan wawasan yang mencakup seluruh semesta. Wanita dengan segala keemasan langit dari zenit sampai nadir yang serupa namamu.
"Kita terlahir dalam kesendirian, diasuh, bermain, tumbuh, maka jika ingin terjun atau terbang, jangan ragu untuk melakukannya seorang diri, biar orang lain yang mengikuti jejak kita, karena toh esok kita juga mati dan dikubur seorang diri." Kata-katamu itulah yang membuatku bertahan dalam keputusan ini. Langkah untuk meninggalkan segala kenyamanan ini. Kenyamanan yang membuat lupa diri. Kenyamanan yang mengungkung diri. Kenyamanan yang membuat kita kerdil dan membodohi. Tak dapat melakukan apapun, namun dengan sombongnya ingin memeluk dunia.
Dunia masih melesat tak kurang dari 107.000 km/jam. Namun kau telah jauh meninggalkanku dan terbang di duniamu sendiri. Dunia yang lain dengan berbagai macam teori yang dikenal secara umum oleh manusia. Seperti saat kau menyelesaikan yoga dengan tenang di bengkel las kami yang berisik dan bau. Atau saat kau menceritakan tentang manusia burung bersayap yang ada pada relief-relief bangunan dan kepercayaan di seluruh permukaan bumi, seperti Harpies di Eropa, Jatayu dan Garuda di India dan Indonesia, Alkonost, Gamayun dan Sirin dari Rusia, Anzu, Siris dari Mesopotamia, Ekek di Filipina, Horus and Thoth dari Mesir, Huitzilopochtli di Aztec, Karura dan Tengu di Jepang, Nike , Boreas dan Eros dari Yunani, Tangata manu di Pulau Paskah. Kau mengatakan bahwa semua itu pernah ada, namun sebagian diburu karena memang tidak dikehendaki.
Semua itu kau katakan seolah kaulah sang empunya dunia. Pernah aku berpikir darimana kau dapat semua itu, atau jangan-jangan hanya bualanmu semata. Bualan seperti kegemparan yang tak pernah selesai di negeri ini. Baru kutahu ketika aku mencari tentang kebenarannya. Kau pun tak pernah mendebat penyangkalmu.
Sering aku berpikir,kemanakah semua itu bermuara ketika kodratmu telah mengantarmu menjadi ibu dari anak-anakmu. Sampai saat ini pun, kau masih serupa misteri hidup, tak ada batas yang mengikatmu. Jika masih ada suatu kesempatan, pasti akan aku sambung lagi kekagumanku ini padamu. Perempuan setenang malam dan seluas semesta. Senja Kirana.
Sidoarjo, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar