Long weekend kali ini saya dan teman-teman mengunjungi Pulau Sempu di selatan Malang. Pesertanya antara lain Hendyk aka Melas, Rifky aka Tole, Robby aka Tenyong, Shandi aka Telik, Panji, Enes adik saya, Esi yang datang jauh-jauh dari Bengkulu via Jakarta (big thanks udah nyempet-nyempetin mendarat di Malang), Kak Tina yang merupakan mbaknya Esi yang ternyata cerewet seperti adeknya (tapi asik kok orangnya, piss mbak) dan yang terakhir saya sendiri.
Jadi begini ceritanya, kita berangkat agak molor dari jadwal karena peralatan yang udah dipesan ternyata kosong, setelah mencari kesana kemari dan kebutuhan mencukupi akhirnya kami baru berangkat pukul 15.00 dengan jumlah 9 orang. Selama perjalanan bisa dibilang cukup lancar walaupun sempat terjebak macet di Gadang dan diguyur hujan mulai Malang Kota sampai Turen.
Sampai Turen kami mencari logistik untuk konsumsi di tujuan nanti. Satu persatu pun belanja, membayar, dan keluar. Tapi kehebohan kembali terjadi karena si Telik ternyata masih di dalam I***mart belanja (ga tau apaan tapi lama banget). Setelah logistik terpenuhi kami berangkat kembali.
Tidak lama kemudian kami memasuki jalan menuju Pantai Sendang Biru. Baru masuk 6km-an tiba-tiba roda kendaraan saya bocor, berhentilah kami dipinggir jalan. Setelah bertanya lokasi tambal ban maka tiga kendaraan berangkat terlebih dahulu, sedangkan Melas, Enes dan saya mencari tambal ban.
Setelah ban beres, kami bertiga kembali melanjutkan perjalanan. Ternyata kami ditunggu oleh rombongan di Pasar Druju, mereka ternyata berkedok makan malam mengisi perut (ini mah curang pemirsa). Oke, FINE..
Setelah rombongan utuh, si Rifky bilang katanya kurang 8 km (entah dia dapat sumber darimana). Saya pun berkata, "Tenang aja, setelah belokan depan kita ke kanan, lalu kiri, SAMPAI...."
Berangkat kembalilah kita, jalanan malam berbelok-belok kita lahap satu persatu dengan hati-hati. Sempat juga mampir beli nasi, karena ingat dari siang belum makan nasi. Pas mau berangkat Esi nanyain apakah masih jauh, dan saya pun menjawab, "tenang, abis jembatan depan nyampe kok." Untuk memacu semangat emang kita terkadang kudu sedikit bohong demi kebaikan (baca: white lie). Perjalanan pun berlanjut menembus malam, hutan, kelokan tajam yang akhirnya mengantar kita ke Pantai Sendang biru dengan selamat.
Sampai di Pantai Sendang Biru kita langsung menuju parkiran yang ternyata parkiran sendiri juga penuh. Padahal parkir sepeda semalem aja Rp. 10rb, kalo jumlahnya se-bujubuset gitu berapa ya?
Akhirnya barang-barang diturunkan dari sepeda. Kami langsung heading ke Camping Ground yang lokasinya diatas parkiran. Saya dan Tole mendirikan Tenda 1, Panji dan Melas mendirikan Tenda 2, Telik dan Tenyong mengantarkan ladies-ladies ke kamar mandi (ritual perempuan yang masih misteri buat saya). Setelah dirasa kurang, akhirnya Melas dan Tenyong mendirikan Tenda 3 untuk logistik.
Setelah tenda siap, si Tole bersama Melas dan Tenyong mengeluarkan kompor dan mesting untuk memasak air dan makan malam. Saya dan Panji konser duet maut diliatin mbak Tina yang mendengarkan dengan syahdu sambil ikutan nyanyi pelan-pelan (takut ketahuan suaranya jelek kali ya, piss ya mbak). Enes sama Esi langsung foto-foto n moto-in yang lain (efek kembali kinclong setelah ritual kali ya). Telik, telik mana ya?? eh, ternyata dia lagi telponan sama ga tau siapa, jadi kita simpulkan saja sama pacarnya. =D
Semakin malam, Enes mengambil kartu remi yang akhirnya dimainkan bersama-sama dengan yang lain, sedangkan saya ganti partner konser bersama si Melas. Setelah cukup tengah malam, akhirnya pada tidur semua di tenda tersisa saya, Tole dan Melas yang menikmati taburan bintang, desau angin, suara ombak dan celoteh jangkrik sambil makan mi instan plus nasi bungkusan.
Setelah kenyang, kami bercerita malam dan menyusun rencana esok hari dengan seriuszzz...ZZZ..zZz..
Saya yang ketiduran dibangunkan Tole agar pindah ke dalam Tenda. Saya pun masuk tenda dan tidur diantara Tenyong dan Panji. Night all....
Pagi harinya, saya bangun karena suara Telik yang protes karena tempat sepatunya dibuat tempat sampah oleh yang lain (Sori lik, tadi malem gelap, jadi kami agak khilaf). Waktu saya keluar tenda Telik, Melas, Tole dan Tenyong tidak ada. Saya pun kembali lagi ke Tenda. Setelah Panji bangun saya dan Panji membereskan tenda yang akhirnya dibantu kawan-kawan yang lain plus mbak Tina yang "menyemangati" kami dengan kicauannya.
Setelah tenda diringkas dan dititipkan kantor untuk memperoleh ijin, maka kami bergegas mencari kapal untuk menyebrang. Sambil menunggu kapal, Melas dengan kamera dan gayanya bak Fotografer Profesional mengambil gambar-gambar kami yang masih segar itu.
Akhirnya kami menyebrang dengan perahu nomor 2 dengan biaya Rp. 100rb/perahu untuk maksimal 10 orang. Saat perahu menembus padang lamun saya melihat Lion Fish yang tersesat, karena sangat tidak biasa ada Lion Fish di Padang Lamun saudara-saudara.
Saat akan mendarat di Pulau Sempu, tepatnya Teluk Semut (namanya Teluk Semut karena kalau sore teluk ini dipenuhi semut, hasil ngintip blog orang), kami disambut ikan-ikan kecil yang berlompatan di pinggir karang (mau eksis juga nih ikan). Setelah perahu berhenti kami pun berlompatan ke air. Karena air laut surut, maka perahu tidak berani terlalu menepi, takut kandas. Saat berjalan menuju tepi saya bertemu dengan Puffer Fish yang berdiam di pinggir pantai, mungkin tersesat lagi kali ya.
Kami pun sampai di tepi pantai, Telik, Panji dan Enes mengganti sandalnya dengan sepatu agar lebih Unbound the Wild. Setelah itu kami berdoa dan berjalan memasuki hutan. Pada bagian awal hutan jalanan berupa tanah padat bercampur batu karang tajam, akar-akar pohon dan pohon roboh melintang, jadi perlu ekstra hati-hati selama perjalanan. Suara kicauan burung menambah syahdunya perjalanan kami. Perjalanan pun berlanjut, pada sesi berikutnya jalan menjadi naik, sepertinya kami menaiki bukit. Ditemani kicauan burung dan celoteh satu dengan yang lain kami berjalan menembus hutan dan berpapasan dengan rombongan lain dengan berbagai macam klasifikasi mulai tua, muda, cantik, jelek, gagah, tambun, kurus, putih, hitam, sangar, ingusan, pokoknya lengkap semua species kayaknya ada. Setelah jalan naik, akhirnya tibalah jalan turun, kami sempat beristirahat beberapa kali karena kecapekan. Setelah menuruni bukit, tiba-tiba Telik menjerit," Gilee cyinn, pantainya udah keliatan booo", yang membuat semangat kami kembali meluap. Jalanan pun berganti semakin susah karena kami harus berjalan di pinggir tebing yang dibawahnya sudah "Clearwater" yang jernih (kalau tidak ingat masih bawa tas akomodasi pasti udah langsung nyebur). Setelah berjalan beriringan dan bergantian karena jalanan sempit kami pun sampai di Laguna Pulau Sempu yang menawan.
Setelah mencari spot untuk meletakkan perbekalan, saya langsung mengeluarkan snorkel set yang saya bawa menuju pantai untuk ber-snorkeling ria.
Air jernih dan putihnya pasir pantai semakin membius saya untuk semakin ke bagian yang dalam. Akhirnya saya menemukan karang yang pertama di kedalaman 3 meter, ternyata sudah ada ikan warna-warni yang menanti saya disini. Ikan di sini pun cukup besar dan bergerombol seperti geng motor yang konvoi dengan angkuhnya. Uniknya, pada kedalaman ini kita bisa menjumpai anemon yang tidak saya temui di pesisir Pulau Sempu.
Beberapa teman pun menyusul untuk bermain di air, Panji dan Tenyong bergantian ikut Snorkeling Tour (maklum, karena cuma bawa 2 set aja, jadi harus gantian). Sebagian besar karang disini kondisinya baik, mungkin karena yang berani masuk ke kedalaman ini hanya sedikit orang saja. Selama snorkeling kami menjumpai Puffer Fish, Snapper dan ikan-ikan karang yang berwarna-warni. Di sekitar karang yang membelah air menjadi dua arus bawah cukup kuat, sehingga saya dan Tenyong sempat terbawa beberapa kali.
Pukul 14.00 kami bersiap-siap untuk kembali, Melas bersama tripod dan DSLR-nya mengambil gambar kita membelakangi pantai berulang-ulang dengan berbagai macam edisi termasuk edisi adik-kakak (tinggal menunggu share foto-nya nih). Tolong ya Melas =p
Sebelum pulang kami sempat foto-foto di atas karang yang menghadap Samudera Hindia, serem tapi asik.
Menurut info dari Melas yang merupakan info dari wisatawan lain, tadi paginya terlihat lumba-lumba berlompatan (jadi pengeeen).
Matahari yang semakin terik menyadarkan kami untuk segera pulang. Kami bergegas berjalan menyisir tebing, pada saat ini kak Tina sempat terpeleset, tapi untung saja tidak jatuh dan baik-baik saja.
Kejadian ini sempat membuat kami merinding dan lebih berhati-hati. Perjalanan menanjak berikutnya, bertambah beratnya bawaan plus sampah bekal yang kami bawa pulang membuat kami berkeringat layaknya kuli panggul, padahal udara saat itu sangat sejuk karena sinar matahari tidak dapat menembus lebatnya hutan. Kami sempat beristirahat beberapa kali sambil makan roti, minum dan bercanda ditemani kicauan burung. Perjalanan dilanjutkan setelah badan kembali fit.
Sampai di pesisir Teluk Semut, mbak Tina langsung menghubungi "Kapten" perahu agar menjemput kami. Sambil menunggu kami makan roti dan minum lagi (baru tersadar ternyata perbekalan kita sangat banyak, seperti mau buka toko kelontong saja disini).
Setelah perahu datang, kami pun naik dan menyebrang lagi ke Pantai Sendang Biru. Saya duduk di depan bersama Esi dan Tole.
Sampai di Sendang Biru kami langsung menghampiri warung untuk pesan makan, kopi, es teh, es jeruk, mi goreng dan telor asin (itu perut apa karung ya =D).
Setelah kenyang, kami kembali ke kantor untuk lapor dan mengambil barang-barang yang dititipkan. Setelah lapor kami langsung ke parkiran untuk mengambil kendaraan. Kami pun menata barang diatas kendaraan dan bergegas meninggalkan Sendang Biru yang cantik.
Perjalanan pulang terasa mengasyikkan, karena pemandangan indah yang kemarin tidak terlihat dimalam hari.
Saat ada SPBU, kami berhenti untuk mengisi bahan bakar. Sambil menunggu melas yang "ganti oli", tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang minta antar ke rumahnya di Druju karena tidak kuat menyetir. Kami sempat curiga juga awalnya, takut terjadi sesuatu dan khawatir kemalaman. Akhirnya Telik membonceng ibu-ibu itu menuju rumahnya dan kami beriringan dibelakangnya. Syukurlah tidak terjadi apa-apa sehingga perjalanan dapat kembali dilanjutkan.
Sampai Turen, kami mampir lagi SPBU untuk "ganti oli" aka buang air sambil merencanakan kepulangan masing-masing.
Selama dari Turen sampai P.G. Krebet jalanan ternyata padat, berdebu dan kami berada di belakang "cumi-cumi darat" yang terus menyemburkan gas hitam buangannya. Perjalanan pun berlangsung lambat dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Lepas dari P.G. Krebet kami berpisah dengan sang "cumi darat" dan perjalanan kembali normal.
Sampai di pertigaan setelah patung kuda Hamid Rusdi, kami berpisah rombongan. Saya dan Enes langsung ke Singosari via Arjosari, sedangkan rombongan yang dipimpin Melas belok kiri ke arah kota menuju daerah kampus Brawijaya.
Sekian perjalanan kali ini. Terima kasih kepada teman-teman semua yang berupaya sukses dan lancarnya hepi-hepi kita kali ini. I love you guys ^_^!
Sampai jumpa di Ranu Kumbolo tanggal 6 Desember 2012.
Malang, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar