Mataku memandang keluar menembus jendela dan malam. Hutan jati, gubuk, kilau garis putih, bayangan diriku dan cahaya di ujung tikungan berganti dalam pandangan. Semua bayangan itu datang dan pergi membangkitkan irama yang entah dari mana datangnya. Lagu Angel dari Sarah Mclahen mengalun dengan sendirinya. Seiring lantunan piano, semakin mengantarkan mata untuk memejam.
Kegelapan dan ketenangan malam yang membius ini dibuyarkan oleh bayangan pohon-pohon jati yang muncul satu per satu.
Salah satu dari mereka bercerita tentang suatu musim dimana mereka meranggaskan daun-daun dan waktu ketika meneduhi "teman-teman" disekitarnya. Menceritakan gubuk yang dihuni janda tua yang mengumpulkan daunnya setiap pagi. Burung-burung yang membuat sarang pada lengan-lengannya dan membayarnya dengan kotoran mereka serta memakan ulat-ulat yang menempel menggerogoti daunnya.
Ia juga bercerita tentang "masa mudanya" yang gilang-gemilang menjadi rumah bagi ribuan makhluk yang dinaunginya. Apa yang lebih baik dari memberi terhadap sesama.
Kini...
Ia mulai bingung kapan waktu yang tepat untuk meranggas ataupun bersemi. Hujan badai turun dimusim kemarau dan matahari yang sangat terik membakarnya dimusim hujan. Alam telah tidak dapat diduga, begitu juga manusia. Batuan yang dahulu berjajar rapi didekatnya berganti dengan batu panjang berwarna hitam dengan garis putih semenjak 20 tahun terakhir. Musang dan babi hutan yang dahulu berkejaran telah berganti dengan kotak berisi manusia yang membuang sampah tak henti-henti dan malah semakin ramai. Suara-suara mereka menakuti dan mengusir isi hutan dan burung-burung yang dahulu ada dalam naungannya. Janda tua yang dulu mengumpulkan daunnya juga telah meracuni tanahnya dengan sampah plastiknya. Karbodioksida yang dahulu hanya dihisapnya pada siang hari kini terlahap juga pada malam hari.
Mataku terbuka begitu saja dikejutkan oleh pekak klakson panjang. Hutan itu telah lenyap dari pandangan, berganti dengan pemukiman dan tiang-tiang yang sangat kukenali. Dunia tempat aku lahir, tinggal, tumbuh dan hidup.
Bayangan diriku kembali terlihat pada kaca jendela. Inilah aku, yang lebih mengenali "alam"ku. Alam yang berisi dengan rumah-rumah, bangunan-bangunan tinggi, jalanan aspal halus yang lebih kusukai, tiang-tiang, kendaraan berbagai jenis yang dingin dan cepat, poliethilene dan perkembangan teknologi berserta fungsi dan kehebatannya. Puncak peradaban manusia.
Hening..
Tak ada lantunan lagu..
Hening..
Tak terdengar deru bus yang berjalan..
Hanya hening..
Dengan pandangan menembus malam....
Masih hening..
Yang membatasiku dengan bayangan pohon jati tua itu..
Sidoarjo, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar